http://raditaanggraeni.blogspot.com/2010/12/faktor-yang-mempengaruhi-perilaku.html
This is featured post 1 title
Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com.
This is featured post 2 title
Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com.
This is featured post 3 title
Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com.
Rabu, 10 Oktober 2012
07.40
ariaayu
PENGARUH KELAS
SOSIAL, STATUS TERHADAP PERILAKU KONSUMEN
Apa sih yang dimaksud Kelas Sosial? “Kelas sosial dapat didefinisikan
sebagai pembagian anggota masyarakat ke dalam suatu hierarki status kelas yang
berbeda, sehingga para anggota setiap kelas secara relatif mempunyai status
yang sama dan para anggota kelas lainnya mempunyai status yang lebih tinggi
atau lebih rendah” dalam kata lain dimana antara yang kaya dan miskin. Kelas
sosial merupakan bentuk segmentasi yang hierarkis dan alamiah, dikarenakan
aspek hierarkis kelas sosial begitu penting bagi pemasar dan produsen untuk
menentukan konsumen mana yang akan dituju dari produk yang telah diciptakan,
apa untuk status yang lebih tinggi atau status yang lebih rendah. Memang disini
begitu terlihat begitu ada ketidakadilan dan jarak terhadap konsumen, namun itu
semua merupakan segmentasi yang alamiah karena semua sudah terjadi dan tercipta
dengan sendirinya.
Pengaruh dari adanya kelas sosial terhadap perilaku konsumen begitu tampak
dari pembelian akan kebutuhan untuk sehari-hari, bagaimana seseorang dalam
membeli akan barang kebutuhan sehari-hari baik yang primer ataupun hanya
sebagai penghias dalam kelas sosial begitu berbeda. Untuk kelas sosial dari
status yang lebih tinggi akan membeli barang kebutuhan yang bermerek terkenal,
ditempat yang khusus dan memiliki harga yang cukup mahal. Sedangkan untuk kelas
sosial dari status yang lebih rendah akan membeli barang kebutuhan yang sesuai
dengan kemampuannya dan ditempat yang biasa saja. Adapun yang merupakan ukuran
kelas sosial dari konsumen yang dapat diterima secara luas dan mungkin
merupakan ukuran kelas sosial terbaik terlihat dari pekerjaan, pendidikan dan
penghasilan.
Peranan dan Status
Sepanjang kehidupan, seseorang akan terlibat dalam beberapa kelompok baik
secara langsung maupun tidak langsung, misalnya
: keluarga, klub dan organisasi. Kedudukan seseorang dalam setiap
kelompok dapat diartikan sebagai Peranan dan Status.
a.
Faktor Pribadi
Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh ciri-ciri kepribadiannya,
termasuk usia dan daur hidupnya, pekerjaannya, kondisi ekonomi, gaya hidup,
kepribadian dan konsep diri.
b.
Faktor Psikologis
Pilihan seseorang membeli juga dipengaruhi oleh empat faktor psikologis
utama, yaitu : motivasi, persepsi belajar, kepercayaan dan sikap. Motivasi
seperti yang diterangkan oleh teori Robert Maslow: Dimulai dengan
kebutuhan-kebutuhan fisiologis (lapar, haus), disusul kebutuhan-kebutuhan
keselamatan (perasaan aman, perlindungan), kemudian kebutuhan-kebutuhan sosial
(perasaan menjadi anggota lingkungan dan dicintai), selanjutnya
kebutuhan-kebutuhan untuk dihargai (harga diri, pengakuan, status) dan mengkerucut
ke kebutuhan-kebutuhan pernyataan diri (pengembangan dan perwujudan diri).
Sumber data:
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/01/pengaruh-kelas-sosial-terhadap-perilaku-konsumen/
http://raditaanggraeni.blogspot.com/2010/12/faktor-yang-mempengaruhi-perilaku.html
http://raditaanggraeni.blogspot.com/2010/12/faktor-yang-mempengaruhi-perilaku.html
07.33
ariaayu
KEPRIBADIAN, NILAI, DAN GAYA HIDUP TERHADAP
PERILAKU KONSUMEN
Nilai dan Gaya
hidup dalam perilaku konsumen sangat berkaitan erat dalam kaidah-kaidah
menganalisa Perilaku Konsumen serta relevansinya dengan strategi market dalam
membentuk sebuah konsumen yang kuat dengan produsennya. Produsen tentu memiliki
standar prosedur dalam menguasai pasar, tentunya apabila ingin memperoleh dan
mendapatkan hati di para konsumen, hal-hal yang berkaitan dengan ini yaitu
melakukan riset pemasaran, agar memperoleh hasil yang maksimal dalam proses
penjualan.
Kepribadian dan
gaya hidup adalah naluri alamiah yang merupakan atribut atau sifat-sifat yang
berada pada sifat manusia, bagaimana cara manusia berfikir, faktor lingkungan
sebagai sebuah objek pengaruh dalam menentukan pola berfikir manusia, dan juga
faktor pendapatan yang membentuk manusia pada pola-pola konsumerisme. Cara
berfikir manusia adalah sebuah ideologi atau gagasan yang bersifat idealistis
yang dimiliki setiap manusia secara alamiah untuk menentukan suatu pola terarah
dan memiliki sikap dalam menentukan banyak hal, hal inilah yang menjadi
indikator bagi para pemasar, bagaimana mereka menganalisa sebuah pemikiran
masyarakat agar mau membeli produk mereka.
Faktor-faktor
lingkungan adalah suatu pola eksternal dalam mempengaruhi pola berfikir manusia
dalam bersikap, yang akhirnya menjadi gaya hidup dan perilaku seseorang dalam
menjalani kehidupannya sehari-hari. Pendapatan adalah sebuah hal pokok, yang
akhirnya membentuk sebuah perilaku konsumen dalam bersikap dan juga memenuhi
kebutuhan hidupnya, seorang yang memiliki pendapatan besar tentu memiliki gaya
hidup yang berbeda dalam menjalani sebuah kehidupannya sehingga munculah sebuah
perilaku konsumerisme, yaitu pola hidup yang berlebih-lebihan dalam mengambil
keputusan untuk sebuah pola yang lebih dari apa yang dibutuhkan.
Kepribadian
merupakan ciri watak seorang individu yang konsisten yang mendasari perilaku
individu. Kepribadian sendiri meliputi kebiasaan, sikap, dan sifat lain yang
kas dimiliki seseorang. Tapi kepribadian berkembang jika adanya hubungan dengan
orang lain. Dasar pokok dari perilaku seseorang adalah faktor biologis dan
psikologisnya. Kepribadian sendiri memiliki banyak segi dan salah satunya adalah
self atau diri pribadi atau citra pribadi. Mungkin saja konsep diri actual
individu tersebut (bagaimana dia memandang dirinya) berbeda dengan konsep diri
idealnya (bagaimana ia ingin memandang dirinya) dan konsep diri orang lain
(bagaimana dia mengganggap orang lain memandang dirinya). Keputusan membeli
dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur dan tahap daur hidup,
pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup serta kepribadian dan konsep diri
pembeli.
Nilai memainkan
peranan yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat karena nilai sendiri
merupakan ukuran mengenai baik dan buruk, benar dan salah, pantas dan tak
pantas. Nilai sangat mencerminkan suatu kualitas pilihan dalam tindakan dalam
hal apapun termasuk melakukan pembelian.
Gaya hidup adalah
cara hidup, yang diidentifikasi melalui aktivitas seseorang, minat, dan
pendapat seseorang. Mowen dan Minor menyatakan bahwa penting bagi pemasar untuk
melakukan segmentasi pasar dengan mengidentifikasi gaya hidup melalui pola
perilaku pembelian produk yang konsisten, penggunaan waktu konsumen, dan
keterlibatannya dalam berbagai aktivitas. Mowen dan Minor juga menegaskan bahwa
gaya hidup merujuk pada bagaimana orang hidup, bagaimana mereka membelanjakan
uangnya, dan bagaimana mereka mengalokasikan waktu mereka. Hal ini dinilai
dengan bertanya kepada konsumen tentang aktivitas, minat, dan opini mereka,
gaya hidup berhubungan dengan tindakan nyata dan pembelian yang dilakukan
konsumen sendiri menurut
Kepribadian dan
gaya hidup merupakan marupakan salah satu dari karakteristik pribadi yang
mempengaruhi perilaku konsumen selain umur, pekerjaan, dan situasi ekonomi.
Banyak konsumen yang sangat loyal dengan produk tertentu saperti minuman pepsi
sehingga mereka tidak akan minum minuman bersoda lainnya selain pepsi.
Selain itu
barang dan jasa juga mempunyai nilai yaitu nilai pakai dan nilai tukar. Nilai
pakai sendiri dibagi dua yaitu nilai pakai objektif dan nilai pakai subjektif.
Nilai pakai objektif merupakan kemampuan suatu barang untuk memenuhi kebutuhan
banyak orang sedangkan nilai pakai subjektif merupakan nilai yang diberikan
oleh seseorang terhadap suatu benda atau jasa dalam memenuhi kubutuhan pribadi
pemakainya. Sementara nilai tukar juga dibagi dua yaitu nilai tukar objektif
dan nilai tukar subjektif.
Teori nilai
juga terbagi menjadi dua teori nilai objektif dan teori nilai subjektif. Yang
termasuk teori nilai objektif yaitu teori biaya produksi dari Adam smith, teori
dari biaya produksi tenaga kerja dari David ricardo, teori nilai lebih dari
Karl mark, teori nilai reproduksi dari Carey, teori nilai pasar dari Humme dan
Locke.
Sementara teori
nilai subjektif yang terkenal yaitu hukum Gossen 1, hukum Gossen 2, dan Carl
Menger. Menurut hukum Gossen 1 nilai suatu barang bagi konsumen yang
mengkonsumsinya berkurang jika semakin banyak barang tersebut dikonsumsi.
Menurut hukum Gossen 2 manusia akan memuaskan kebutuhan yang beraneka ragam
sampai mencapai tingkat intensitas yang sama. Menurut Menger nilai lebih
ditentukan oleh faktor subjektif (kepuasan atau permintaan) dibandingkan faktor
objektif (biaya produksi atau permintaan). Nilai berasal dari kepuasan manusia
oleh karena kebutuhan menusia lebih banyak dari barang yang tersedia maka
manusia akan memilih secara rasional diantara semua barang alternatif yang tersedia.
07.29
ariaayu
Sikap Motivasi dan Mawas Diri
Motivasi
Kata motivasi semakin sering digunakan akhir-akhir
ini. Baik itu di buku-buku populer, seminar-seminar atau lainnya, terutama
dalam hal yang menyangkut pengembangan diri. Apa sebenarnya motivasi itu, dari
mana dan kenapa perlu motivasi terutama dalam pengembangan diri? Bila anda
mempunyai keinginan, maka anda perlu motivasi untuk memanifestasi keinginan
tersebut. Hanya dengan afirmasi atau niat, tanpa motivasi, belum cukup untuk
mewujudkannya.
“Saya bermotivasi tinggi untuk memperbaiki diri
sendiri” sebuah contoh kalimat yang digunakan untuk menaikkan
motivasi pada diri kita sendiri, untuk sesuatu yang kita inginkan. Jadi apa
sebenarnya motivasi itu?
Motivasi adalah daya pendorong dari keinginan kita
agar terwujud. Motivasi adalah sebuah energi pendorong yang berasal dari dalam
kita sendiri.
Motivasi adalah daya pendorong dari keinginan kita
agar terwujud. Energi pendorong dari dalam agar apapun yang kita inginkan dapat
terwujud. Motivasi erat sekali hubungannya dengan keinginan dan ambisi, bila
salah satunya tidak ada, motivasi pun tidak akan timbul.
Banyak dari kita yang mempunyai keinginan dan ambisi
besar, tapi kurang mempunyai inisiatif dan kemauan untuk mengambil langkah
untuk mencapainya. Ini menunjukkan kurangnya enrgi pendorong dari dalam diri
kita sendiri atau kurang motivasi.
Motivasi akan menguatkan ambisi, meningkatkan
inisiatif dan akan membantu dalam mengarahkan energi kita untuk mencapai apa
yang kita inginkan. Dengan motivasi yang benar kita akan semakin mendekati
keinginan kita.
Biasanya motivasi akan besar, bila orang tersebut
mempunyai visi jelas dari apa yang diinginkan. Ia mempunyai gambaran mental
yang jelas dari kondisi yang diinginkan dan mempunyai keinginan besar untuk mencapainya.
Motivasilah yang akan membuat dirinya melangkah maju dan mengambil langkah
selanjutnya untuk merealisasikan apa yang diinginkannya.
Lakukan apapun dalam pengembangan diri anda dengan
motivasi, baik itu karir, hubungan, spiritual, pekerjaan, menulis, memasak,
membeli rumah, mendapatkan pacar, mengajar anak atau apapun. Motivasi ini akan
ada, bila ada visi yang jelas dari apa yang anda akan lakukan, mengetahui apa
yang akan anda lakukan dan percaya akan kekuatan yang ada pada anda sendiri. Ia
akan merupakan kunci sukses dari apapun yang anda lakukan.
Untuk termotivasi, ketahui terlebih dahulu apa yang
anda inginkan selanjutnya anda harus dapat meningkatkan energi keinginan itu
dan siap untuk melakukan apa saja agar keinginan dapat tercapai.
Motivasi berkaitan erat dengan tercapainya sesuatu
keinginan. Sering kita gagal mencapai apa yang kita lakukan, misalnya berhenti
minum kopi, merokok dan lainnya karena motivasinya kurang.
Apakah hubungannya motivasi dengan mawas diri? Sangat
erat hubungannya. Keduanya diperlukan untuk proses tercapainya suatu keinginan.
Disiplin adalah hal yang perlu agar keinginan tercapai. Untuk tetap disiplin,
motivasi yang tinggi akan sangat membantu.
Dalam kehidupan kita, kita sering meniatkan untuk
melakukan pengembangan atau merubah kondisi yang kita miliki, tapi sering tidak
dilakukan dan berhenti hanya sebagai niat saja. Kenapa berhenti? Itu terjadi
karena kurangnya motivasi, antusiasme, keinginan, determinasi, kemauan dan
disiplin.
Cobalah setelah membaca tulisan ini untuk benar-benar
mengembangkan atau merubah kondisi yang tidak sesuai yang ada dalam diri anda,
anda pasti bisa.
Mawas Diri
Hal yang paling penting dalam seorang pria adalah
kedewasaan. Tanpa mawas diri, manusia tidak akan tumbuh, berubah dan dewasa.
Pada usia sekitar 10 tahun kita sudah bisa berpikir abstrak. Mawas diri adalah
sebuah konsep abstrak yang pada hakikatnya adalah kemampuan untuk “melangkah
keluar dan melihat ke dalam diri kita” untuk membuat penilaian bagaimana kita
bertindak dan berbuat. Melihat diri sendiri seperti orang lain melihat diri
kita.
Pernahkah kamu pada saat mendekati wanita yang kamu
sukai, kamu mengucapkan hal yang bodoh, hal yang kebablasan, keblinger,
keterlaluan? Karena tidak mawas diri. Pernahkah kamu berdebat dengan teman
hingga akhirnya muncul perkelahian? Karena tidak mawas diri. Apakah kamu pernah
menyesali karena telah membeli sesuatu yang mudah rusak? Karena tidak mawas
diri. Pernahkah kamu seharian menonton tv dan main game hingga kamu lupa mandi,
lupa makan, lupa mengurus rumah? Karena tidak mawas diri.
Tanpa mawas diri, semuanya akan menjadi di luar
kontrol kita seolah kita tak sadar melakukannya, dan membuang waktu dan energi
yang banyak. Kebanyakan kita, dalam keseharian hidup seringkali tidak menyadari
kebiasaan kita dan itu berpengaruh pada orang lain. Jika kamu mencamkan dalam
pikiranmu bagaimana sangat terbiasanya emosi dan kebiasaan cewek pada umumnya,
kamu akan melihat betapa pentingnya mawas diri dalam kehidupan romansamu.
Di luar sana banyak pria yang mempesona bagi para
cewek dan coba lihat kebiasaan mereka dalam kehidupannya. Namun pada saat
mereka terjun ke lapangan, mereka tampak aneh seperti badut bagi cewek. Ide
“pickup line” yang menjadi senjata ampuh untuk memikat wanita adalah sebuah ide
yang bodoh dan terlihat menjadi hal yang tidak-tidak bagi cewek. Alasannya
adalah jika seorang pria membuat seorang cewek tertarik dan jatuh cinta tanpa
disertai MAWAS DIRI seorang pria, dia terlihat bagaikan RAJA tanpa busana.
Mawas diri adalah kemampuan untuk mengatur respons
sosial di dunia nyata, mengubah apa yang kamu lakukan agar sesuai dengan
kultur, lingkungan, dan kebiasaan orang yang kamu ajak berkomunikasi.
Di luar sana banyak ribuan pria yang memakai metode
seduction untuk memikat cewek dan menggunakan senjata Magic Gambit dan Kino
pada saat mereka menghampiri si cewek. Jelas mereka ingin menunjukkan dirinya
bisa memancing romantic interest. Mereka sangat terobsesi menjadi pesulap
jalanan dan membuat cewek-cewek merasa WOW; mereka bahkan rela menghabiskan
uang demi mengikuti workshop-workshop hipnotis yang sebenarnya tak perlu.
Masalahnya, mereka tidak memiliki “social graces”, sebuah kemampuan untuk
mengatur perilaku secara elegan dan sesuai dengan lingkungan sosial. Mereka
tidak punya rasa percaya diri dan merasa ada yang kurang dalam hidup mereka.
Mereka tidak memiliki waktu untuk mawas diri, memahami kondisi saat itu. Mereka
hanya ingin ketertarikan secara instant. Mereka seolah “hidup dalam dunianya
sendiri”, tanpa memperhatikan situasi orang lain.
Ada waktu dan tempat yang tepat untuk mempraktekkan
kino, sesuai dengan kondisi sosial tertentu. Mereka tidak memeriksa perilaku
diri sendiri yang seandainya mereka tahu, mereka akan menertawakan dirinya
sendiri, karena perilaku mereka tidak lazim. Saya berani menyebut mereka
sebagai orang aneh, keledai dungu dan tidak lumrah. Mereka seringkali berjalan
tanpa arah tujuan yang pasti dan lupa membaca situasi kelompok/ orang lain
sebagai isyarat sosial, dan mengatur perilaku, penampilan, fashion agar sesuai
dengan keadaan sosial. Pepatah lama mengatakan, di mana bumi dipijak, di situ
langit dijunjung. Mereka semua hanya perlu untuk mawas diri dalam perubahan,
pertumbuhan dan kedewasaan sosial.
So bagaimana kamu menanamkan mawas diri dalam dirimu?
Ingat fungsi mawas diri yaitu untuk membuat penilaian bagaimana kita bertindak
dan berbuat. Melihat diri sendiri seperti orang lain melihat diri kita, membuat
penilaian terhadap diri sendiri, dan mengubah perilaku. Tanyakan pada dirimu,
“sudahkah saya mawas diri?” Mawas diri sulit tertanam jika kamu cenderung
“bersibuk-ria” dalam pekerjaan, pesta, olahraga, atau aktivitas yang tidak
membuatmu sempat untuk bercermin, refleksi diri. Membuat catatan harian adalah
salah satu aktivitas untuk merefleksi diri. Mawas diri hanya dapat dilakukan
dalam kondisi sekarang, “present minded state.” Artinya, jika kamu menghabiskan
waktu terlalu banyak terobsesi dengan kehidupan yang gagal masa lalu, mengenang
hal yang indah di masa lalu dan terngiang-giang sampai sekarang; cobalah tinggalkan
itu semua, karena semua itu tidak akan berulang.
Begitupun juga jika kamu meluangkan waktu menjadi
pemimpi, hidup dalam angan-angan masa depan, terlalu mengkhawatirkan masa
depan, kamu tidak akan bisa mawas diri. Banyak buku mengenai mantra ilmu Pelet
bagi pria yang merasa tak percaya diri. Keep things simple, practical, and
real. Berikut ini cara praktis agar kamu lebih present-minded:
1. Sederhananya, buatlah keputusan, jadilah orang yang
pasti. Kamu tak bisa membuat keputusan di masa lalu dan di masa depan, hanya
sekarang !
2. Take action. Kita tak bisa take action di masa lalu
dan masa depan, take action sekarang juga.
3. Untuk membangun intimacy and rapport, seseorang
harus bisa saling memahami dan berkomunikasi satu sama lain.
Faktor utama dalam sexual attractor yang ada dalam
naluri seorang cewek adalah mereka mencari sosok figur yang bisa menjadi
seorang “Ayah.” Cewek butuh MISTERY. Jangan memperlihatkan terlalu banyak siapa
dirimu, jangan show off di hadapan cewek, jangan menunjukkan IOI, dan biarkan
cewek yang mencari tahu siapa dirimu. Berikan sedikit demi sedikit, tapi simpan
sesuatu yang bisa dijadikan misteri. rahasia……yap rahasia.
Sumber
: http://sahbudin.blogspot.com
07.28
ariaayu
SUMBER DAYA
KONSUMEN DAN PENGETAHUAN
1.
Sumber Daya Ekonomi
a.
Pengertian Sumber Daya Ekonomi
Potensi
sumberdaya ekonomi atau lebih dikenal dengan potensi ekonomi pada dasarnya
dapat diartikan sebagai sesuatu atau segala sesuatu sumberdaya yang dimiliki
baik yang tergolong pada sumberdaya alam (natural resources/endowment factors)
maupun potensi sumberdaya manusia yang dapat memberikan manfaat (benefit) serta
dapat digunakan sebagai modal dasar pembangunan (ekonomi) wilayahtingkat
ketergantungan terhadap sumberdaya secara struktural harus bisa dialihkan pada
sumberdaya alam lain. Misalnya, penggunaan energi sinar matahari, panas bumi,
atau gelombang laut termasuk angin, akan dapat mengurangi ketergantungan
manusia terhadap sumberdaya alam yang tidak dapat diperbarui.
b.
sumberdaya alam yang tidak dapat diperbarui
(non-renewable or exhaustible resources).
Jenis
sumberdaya ini pada dasarnya meliputi sumberdaya alam yang mensuplai energi
seperti minyak, gas alam, uranium, batubara serta mineral yang non energi
seperti misalnya : tembaga, nikel, aluminium, dll.
Sumberdaya
alam jenis ini adalah sumberdaya alam dalam jumlah yang tetap berupa deposit
mineral (mineral deposits) diberbagai tempat dimuka bumi. Sumberdaya alam jenis
ini bisa habis baik karena sifatnya yang tidak bisa diganti oleh proses alam
maupun karena proses penggantian alamiahnya berjalan lebih lamban dari jumlah
pemanfaatannya.
c.
sumberdaya alam yang potensial untuk diperbarui
(potentially renewable resources).
Kategori
sumberdaya alam ini tergolong sumberdaya alam yang bisa habis dalam jangka
pendek jika digunakan dan dicemari secara cepat, namun demikian lambat laun
akan dapat diganti melalui proses alamiah misalnya ; pohon-pohon di hutan,
rumput di padang rumput, deposit air tanah, udara segar dan lain-lain.
Sumberdaya
alam ini keberadaannya harus dimanfaatkan seoptimal mungkin dalam kerangka
untuk mendorong, mempercepat dan menunjang proses pembangunan wilayah (daerah).
Namun demikian penting untuk diperhatikan aspek ketersediaan termasuk daya
dukungnya terhadap mobilitas pembangunan daerah, karena apabila sumberdaya alam
dengan 3 kategori ini dimanfaatkan dengan tidak bijaksana dan arif maka sudah
barang tentu stagnasi dan kemunduran dinamika pembangunan ekonomi wilayah akan
semakin cepat menjelma atau merupakan sesuatu yang tidak bisa dihindarkan. Disamping
komponen sumberdaya alam, pada saat ini peranan sumberdaya manusia (human
resources) dalam konteks kegiatan pembangunan ekonomi termasuk pembangunan
ekonomi daerah (wilayah) semakin signifikan. Faktor sumberdaya manusia ini
telah menghadirkan suatu proses pemikiran baru dalam telaah teori-teori
pembangunan ekonomi, yang menempatkan sumberdaya manusia sebagai poros utama
pembangunan ekonomi baik dalam skala global, nasional maupun daerah. Strategi
pembangunan ekonomi yang berbasis pada pengembangan sumberdaya manusia (human
resources development) dianggap sangat relevan dan cocok dengan kondisi dan
karakter pembangunan ekonomi terutama di negara-negara berkembang sejak era
80-an.
Strategi pembangunan ini pertama kali
diperkenalkan oleh seorang pakar perencanaan pembangunan ekonomi berkebangsaan
Pakistan yang bernama Mahbub Ul Haq yang pada saat itu menjadi konsultan Utama
United Nation Development Programme (UNDP). Mahbub Ul Haq berpendapat bahwa
pengembangan sumberdaya manusia harus dijadikan landasan utama dalam kebijakan
pembangunan ekonomi di negara-negara sedang berkembang, dan hal ini dianggap
penting mengingat ketertinggalan negara-negara berkembang terhadap
negara-negara industri maju dalam tingkat kesejahteraan ekonomi seperti
kualitas dan standar hidup hanya akan dapat diperkecil manakala terjadi
peningkatan yang sangat signifikan dalam pengembangan kualitas sumberdaya
manusia.
Dari pola
pemikiran seperti diatas maka takaran peranan sumberdaya manusia dalam proses
pembangunan ekonomi dalam konteks untuk mengurangi kesenjangan pembangunan
ekonomi pada dasarnya harus dilihat dari aspek peningkatan kualitasnya. Dengan
kualitas sumberdaya manusia yang semakin meningkat, akan dapat mendorong
peningkatan produktivitas ekonomi sekaligus sebagai modal dasar untuk memacu pertumbuhan
ekonomi.
Bagi
kebayakan negara-negara yang tingkat pembangunan ekonominya sudah tergolong
lebih maju, produktivitas sumberdaya manusia secara teknis telah dijadikan
sebagai instrumen terpenting untuk mempertahankan pencapaian laju pertumbuhan
ekonomi, sekaligus dalam upaya untuk memperkuat basis struktural
perekonomiannya.
Dalam era
globalisasi, kualitas sumberdaya manusia yang handal akan sangat membantu suatu
negara untuk memenangkan kompetisi atau persaingan dalam perekonomian global
sekaligus dapat menjaga eksistensi negara tersebut dalam percaturan dan
dinamika perekonomian dunia yang semakin kompetitif.
2.
Peranan Sumberdaya Ekonomi
Dalam Pembangunan Ekonomi Daerah
Tidak
dapat dipungkiri bahwa dalam era otonomi daerah dewasa ini, kecepatan dan
optimalisasi pembangunan wilayah (daerah) tentu akan sangat ditentukan oleh
kapasitas dan kapabilitas sumberdaya ekonomi (baik sumberdaya alam maupun
sumberdaya manusia).
Keterbatasan
dalam kepemilikan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang berkulitas dapat
menimbulkan kemunduran yang sangat berarti dalam dinamika pembangunan ekonomi
daerah. Konsekuensi lain yang ditimbulkan sebagai akibat terbatasnya kapasitas
dan kapabilitas sumberdaya ekonomi yang dimiliki daerah adalah ketidakleluasaan
daerah yang bersangkutan untuk mengarahkan program dan kegiatan pembangunan
ekonominya, dan situasi ini menyebabkan munculnya pula disparitas pembangunan
ekonomi wilayah.
Kondisi
ini tampaknya menjadi tak terhindarkan terutama bila dikaitkan dengan
pelaksanaan otonomi daerah dewasa ini.Dalam telaah teoritis, dengan sangat
tepat Hadi dan Anwar (1996) yang banyak menganalisis tentang dinamika
ketimpangan dan pembangunan ekonomi antar wilayah mengungkapkan bahwa salah
satu penyebab munculnya ketimpangan pembangunan ekonomi antar wilayah di
Indonesia adalah adanya perbedaan dalam karakteristik limpahan sumberdaya alam
(resources endowment) dan sumberdaya manusia (human resources) disamping
beberapa faktor lain yang juga sangat krusial seperti perbedaan demografi,
perbedaan potensi lokasi, perbedaan aspek aksesibilitas dan kekuasaan (power)
dalam pengambilan keputusan serta perbedaan aspek potensi pasar.
Dengan
pola analisis sebagaimana diilustrasikan diatas dapat digarisbawahi bahwa
pengelolaan, ketersediaan, dan kebijakan yang tepat, relevan serta komprehensif
amat dibutuhkan dalam kaitannya dengan percepatan proses pembangunan ekonomi
daerah dan penguatan tatanan ekonomi daerah yang pada gilirannya dapat menjamin
keberlanjutan proses pembangunan ekonomi dimaksud.
Namun amat
disayangkan, dinamika pelaksanaan pembangunan ekonomi wilayah (daerah) dalam
era otonomi daerah dewasa ini, memiliki atau menampakkan suatu kedenderungan
dimana daerah yang kaya akan sumberdaya alam lebih cepat menikmati kemajuan
pembangunan bila dibandingkan dengan wilayah lain yang miskin akan sumberdaya
alam, hal ini diperparah lagi dengan keterbatasan kualitas sumberdaya manusia.
Apabila
kondisi seperti ini terus berlanjut maka tidaklah terlalu mengherankan manakala
issu tentang ketimpangan pembangunan antara wilayah (kawasan) yang merebak di
akhir Pembangunan Jangka Panjang Tahap Pertama yang lalu, kembali muncul dengan
sosok yang semakin mengkhawatirkan. Sebagai ilustrasi, berikut ini dikutip
pendapat seorang pakar yang banyak menyoroti tentang dinamika otonomi daerah :
“.. negara Indonesia kaya akan sumberdaya alam, tetapi rakyatnya banyak yang
miskin. Kenyataan paradoksal tersebut tentunya ada penyebabnya, antara lain
karena lemahnya pengelolaan manajemen sumberdaya alam serta penguasaan oleh segelintir
orang yang rakus.
Seiring
dengan semangat desentralisasi, sebagian besar kewenangan pengelolaan
sumberdaya alam sudah diserahkan kepada daerah, termasuk kewenangan di daerah
otoritas seperti kawasan kehutanan, kawasan pertambangan, kawasan pelabuhan dan
lain sebagainya yang selama ini tidak tersentuh oleh kewenangan Daerah
Kabupaten/ Kota (lihat pasal 129 UU Nomor 22 Tahun 1999). Bagaimana menggunakan
sumberdaya alam untuk kepentingan rakyat banyak akan sangat tergantung pada
kemauan politik (political will) dan tindakan politik (political action) dari
pemerintahan daerah”. (Wasistiono, 2003)
1.
2. Sumber Daya Sementara
a)
Waktu menjadi
variabel yang semakin penting dalam memahami perilaku konsumen.
b)
Karena konsumen mayoritas semakin mengalami kemiskinan akan waktu. Namun
demikian ada suatu bagian waktu yang dihabiskan untuk kegiatan yang sangat
pribadi yaitu waktu senggang.
c)
Sumber daya
kognitifProduk yang diklasifikasikan menurut sifat waktu konsumen disebut
barang waktu (time goods).
a.
Barang yang
Menggunakan Waktu
Produk yang memerlukan pemakaian waktu dala mengkonsumsinya. Contoh:
Menonton TV, Memancing, Golf, Tennis (waktu Senggang) Tidur, perawatan pribadi,
pulang pergi (waktu wajib)
b.
Barang
Penghemat Waktu
Produk yang menghemat waktu memungkinkan konsumen meningkatkan waktu
leluasa mereka. Contoh: oven microwave, pemotong rumput, fast food
1.
3. Sumber Daya
Kognitif
Pengertian sumber daya kognitif adalah kemampuan untuk secara lebih tepat
merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep
yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata—skema
tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya— dalam tahapan-tahapan
perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan
informasi secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme.
Periode
sensorimotor
Menurut Piaget,bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga
dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui
diferensiasi refleks bawaan tersebut. Periode sensorimotor adalah
periode pertama dari empat periode. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini
menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting dalam enam
sub-tahapan:
- Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan terutama dengan refleks.
- Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
- Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.
- Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).
- Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan.
- Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan awal kreatifitas
Tahapan
praoperasional
Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati
urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun
jenis yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran
(Pra)Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara
mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang
jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar
menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata.
Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari
sudut pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu
ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau
mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.
Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan
muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan
keterampilan bahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan
kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif
bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu,
mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut
berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari
orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk memahami
perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat
imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun
memiliki perasaan.
Tahapan
operasional konkrit
Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia
enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang
memadai. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
a.
Pengurutan—kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran,
bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka
dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.
b.
Klasifikasi—kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi
serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain,
termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya
ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika
berupa animisme(anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan)
c.
Decentering—anak mulai
mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa
memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar
tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.
d.
Reversibility—anak mulai
memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke
keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama
dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
e.
Konservasi—memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah
benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek
atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang
seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas
lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi
cangkir lain.
f.
Penghilangan
sifat Egosentrisme—kemampuan
untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut
berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang
memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan,
kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti
kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti
akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa
boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.
Tahapan
operasional formal
Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif
dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat
pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah
diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan
menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang
dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat
segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi
abu-abu" di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul
saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai
masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif penawaran normal,
perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak
sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai
keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran
dari tahap operasional konkrit.
Informasi umum
mengenai tahapan-tahapan
Keempat tahapan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Walau tahapan-tahapan itu bisa dicapai dalam usia bervariasi tetapi urutannya selalu sama. Tidak ada ada tahapan yang diloncati dan tidak ada urutan yang mundur.
- Universal (tidak terkait budaya)
- Bisa digeneralisasi: representasi dan logika dari operasi yang ada dalam diri seseorang berlaku juga pada semua konsep dan isi pengetahuan
- Tahapan-tahapan tersebut berupa keseluruhan yang terorganisasi secara logis
- Urutan tahapan bersifat hirarkis (setiap tahapan mencakup elemen-elemen dari tahapan sebelumnya, tapi lebih terdiferensiasi dan terintegrasi)
- Tahapan merepresentasikan perbedaan secara kualitatif dalam model berpikir, bukan hanya perbedaan kuantitatif
Proses
perkembangan
Seorang individu dalam hidupnya selalu berinteraksi dengan lingkungan.
Dengan berinteraksi tersebut, seseorang akan memperoleh skema. Skema
berupa kategori pengetahuan yang membantu dalam menginterpretasi dan memahami
dunia. Skema juga menggambarkan tindakan baik secara mental maupun fisik yang
terlibat dalam memahami atau mengetahui sesuatu. Sehingga dalam pandangan
Piaget, skema mencakup baik kategori pengetahuan maupun proses perolehan
pengetahuan tersebut. Seiring dengan pengalamannya mengeksplorasi lingkungan,
informasi yang baru didapatnya digunakan untuk memodifikasi, menambah, atau mengganti
skema yang sebelumnya ada. Sebagai contoh, seorang anak mungkin memiliki skema
tentang sejenis binatang, misalnya dengan burung. Bila pengalaman awal anak
berkaitan dengann burung kenari, anak kemungkinan beranggapan bahwa semua
burung adalah kecil, berwarna kuning, dan mencicit. Suatu saat, mungkin anak
melihat seekor burung unta. Anak akan perlu memodifikasi skema yang ia miliki
sebelumnya tentang burung untuk memasukkan jenis burung yang baru ini.
Asimilasi adalah proses
menambahkan informasi baru ke dalam skema yang sudah ada. Proses ini bersifat
subjektif, karena seseorang akan cenderung memodifikasi pengalaman atau
informasi yang diperolehnya agar bisa masuk ke dalam skema yang sudah ada
sebelumnya. Dalam contoh di atas, melihat burung kenari dan memberinya label
"burung" adalah contoh mengasimilasi binatang itu pada skema burung
si anak.
Akomodasi adalah bentuk
penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau penggantian skema akibat
adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema yang sudah ada. Dalam
proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema yang baru sama sekali. Dalam
contoh di atas, melihat burung unta dan mengubah skemanya tentang burung
sebelum memberinya label "burung" adalah contoh mengakomodasi
binatang itu pada skema burung si anak.
Melalui kedua
proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang berubah dan berkembang
sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap di atasnya.
Proses
penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai
keadaan equilibrium, yaitu berupa keadaan seimbang antara struktur
kognisinya dengan pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan selalu berupaya
agar keadaan seimbang tersebut selalu tercapai dengan menggunakan kedua proses
penyesuaian di atas.
Dengan demikian, kognisi seseorang berkembang bukan karena menerima
pengetahuan dari luar secara pasif tapi orang tersebut secara aktif
mengkonstruksi pengetahuannya.
Langganan:
Postingan (Atom)